Favorit Saya

Get Connection

Ceritanya: Putra Minang Mengenal Budaya Melayu

           Tepat pukul 15.00, pada hari senin, tanggal 25 Mei lalu, aku teringat akan sebuah event yang cukup bergengsi dan dipehitungkan. Salah satunya adalah pemilihan Duta Bahasa 2015 dalam rangkaian acara Pekan Bahasa oleh Balai Bahasa Provinsi Riau. "Event" ini sudah mulai digelar beberapa tahun silam sebagai salah satu ajang untuk melestarikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kancah provinsi khususnya, dan umumnya di kancah nusantara. Hari itu merupakan hari terakhir pendaftaran dan belum ada sama sekali persiapan berkas administrasi untuk mendaftar dikarenakan baru selesai penyelenggaraan event akbar oleh BEM FKIP (Baca: Pendidikan dan Seni Membangun Bumi Pertiwi). Hanya tersisia satu jam sebelum mengadakan rapat evaluasi kerja di BEM pada pukul 16.00. Dengan berbekal data flashdrive dan mencoba melobi panitia untuk beberapa syarat yang belum sempat diselesaikan hari itu, ditambah kekesalan dikarenakn batal mengikuti event ini tahun lalu, aku pun mulai bergerak. Alhamdulillah, semua bisa teratasi.

          Mungkin sebagian orang sudah tahu dan sepakat bahwa bahasa Indonesia adalah cikal bakal dari bahasa daerah riau, yaitu bahasa melayu. Bahasa ini diketahui sebagai akar dari lingua franca Indonesia. Sutan Takdir Alisjahbana, dalam bukunya Sedjarah Bahasa Indonesia, mengutarakan bahasa Melayu memiliki kekuatan untuk merangkul kepentingan bersama sehingga dipakai di Nusantara (http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/06/asal-usul-bahasa-indonesia, akses : 14.34, Jum'at 05 Juni 2015). Untuk lebih detailnya, teman-teman boleh baca dan searching di internet tentang asal-usul bahasa indoneisa dan juga budaya melayu itu sendiri. Pengetahuan akan bahasa dan asal-usulnya akan diuji di event tahunan ini. Termasuk tentang budaya melayu dan kekayaan bahasanya.

             Sebagai putra asli Minangkabau, kelahiran Pariaman, ini pertama kalinya saya mulai mengenal bahasa dan budaya melayu secara lebih terperinci. Mulai dari sejarah melayu, tempat, dan asal usulnya, corak dan warna budaya, adat istiadatnya, pakaian khasnya, kuliner, petuah-petuah, syair, pantun, dan masih banyak lagi yang membuat pribadi saya menjadi lebih tahu. Agak na'if sebenarnya jikalau mempelajari budaya tempat bumi berpijak dan berdomisili hanya karena ada event dan momen tertentu. Tapi paling tidak ini membuat saya sadar bahwa mengenal daerah asli tempat tinggal itu sangat penting, meskipun bukan asli orang melayu.

             Tentu harus ada persiapan dan materi yang harus dikuasai. Untuk itu, aku pun mencoba berguru pada bang Hendra Derwaman, salah satu putra terbaik Riau dan Indonesia, putra berprestasi 2014 dalam ajang Kapal Pemuda Nusantara tahun lalu. Pada pukul 18.05, saya pun menghubungi dan membuat janji dengan beliau atas maksud dan tujuan saya. Alhamdulillah bertemu pada malam harinya pukul 20.30 dan diberi wejangan serta ilmu-ilmu yang sebelumnya tidak saya ketahui. Mulai dari asal usul Riau, Pekanbaru, tentang pakaian adat, bahasa dan sastra Indonesia yang lebih terperinci, serta berbagai khasanah ilmu yang lain. Syukur pada Allah, ilmu yang saya dapat sangat membantu pada tahap pertama babak penyisihan berupa ujian tertulis kemahiran bahasa dan sastra Indonesia pada esok harinya, selasa, 26 Mei 2015. Soal-soalnya pilihan ganda objektif dan ditambah esai tentang budaya yang harus dijawab dalam bahasa Inggris.

             Beberapa hari kemudian, tibalah hari pengumuman finalis duta bahasa. Alhamdulilah saya masuk hitungan 15 besar dari 94 peserta, urutan ke-8 kalau tidak salah. Berangkat dari berita baik tersebut, saya pun mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai bertanya-tanya dan mencari referensi tentang bahasa dan sastra Indoneisa serta budaya Melayu dan juga corak dan warna adat istiadatnya. Dan saya pun mulai tertarik dengan budaya lancang kuning ini, namun tidak mengurangi sedikit pun akan jati diri saya sebagai putra asli Minangkabau. Keesokan harinya, saya mulai mencari baju pinjaman, dikarenakan syarat untuk penampilan finalis adalah baju adat melayu Riau. Selain itu, setiap finalis diharuskan menulis artikel dengan tema "Bahasa dan Sastra, Memperkokoh Jatidiri dan Karakter Bangsa". (Baca: Bahasa dan Sastra Indonesia di Mata Dunia)

             Dikarenakan sibuk membaca dan mempelajari tentang budaya dan bahasa, H-2 baru mulai menulis artikel. Berpikir keras dan bertanya ke beberapa orang, alhamdulillah atikel pun selesai pada pukul 08.15 hari senin, 01 Juni 2015, 15 menit sebelum taklimat (Technical Meeting) yang telah diagendakan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau. Setelah proses "printing" dan beberapa persiapan, akhirnya berangkat ke balai bahasa dengan segenap niat untuk belajar.

           Taklimat kali ini bertujuan untuk memberitahukan tentang persiapan apa saja yang harus dikerjakan serta pemilihan pasangan untuk parade untuk tahap wawancara finalis duta bahasa. Saya pun mendapat partner Tengku Novenia Yahya. salah satu Mahasiswa Berprestasi dari Pendidikan Fisika angkatan 2013, FKIP UR. Beliau adalah mawapress 2015 Universitas Riau perwakilan FKIP yang masuk dalam babak 5 besar.....
         
Selanjutnya,,, Baca:  
>>>Ceritanya: Putra Minang Belajar Budaya Melayu (Part II)



Dapatkan artikel terbaru via Facebook, Twitter dan Google+ :

Bagikan artikel ini ke:
Facebook Twitter Google+ Linkedin Digg

1 Response to "Ceritanya: Putra Minang Mengenal Budaya Melayu"

  1. Saya tertarik dengan informasi mengenai budaya diatas. Indonesia memang Negeri yang memiliki keanekaragaman budaya yang memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing yang perlu dilestarikan Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Explore Indonesia yang bisa anda kunjungi di http://indonesia.gunadarma.ac.id/

    BalasHapus

blogroll