Favorit Saya

Get Connection

PEMIMPIN Masa Depan



Bebicara tentang kepemimpinan, banyak aspek yang tidak selesai dalam sekali duduk jika kita membahasanya satu per satu. Mulai dari kepemimpinan yang otoriter, kepemimpinan yang demokrasi dan bebas berpendapat, hingga yang benar-benar besas dan liberalisme. Semua jenis kepemimpinan itu tergantung kepada cara seorang memimpin sebuah organisasi, keluarga, masyarakat, bangasa, dan atau sebuah Negara. Seorang pemimpin haruslah mempunyai cara kepemimpinan yang bisa mengajak warganya ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, kita tidak bisa lepas dari yang namanya aturan dan hukum. Semua sistem kepemimpinan mempunya norma dan adatnya masing-masing. Namun, semua aturan dan norma itu haruslah atas kesepakatan bersama, sehingga tidak ada pihak ataupun masyarakat yang dirugkan oleh peraturan yang telah disepakati. Dan pengaplikasiannya haruslah benar-benar tertata, tidak memihak dan pandang bulu, serta tidak setengah-tengah. Namun apa yang kita lihat saat ini adalah sebuah kemirisan yang amat mendalam, khususnya di negara kita sendiri, yaitu Republik Indonesia. Banyak sekali hal-hal yang tidak sesuai aturan, namun hal itu terjadi bahkan di depan mata kita sekalipun. Semua sektor pemerintahan tidak lagi memperhatikan asas kepentingan umum, terlebih lagi tidak sesuai dan jauh dari nilai-nilai Islam.


Polemik yang sering terhunus hingga saat ini adalah tentang kandidat pemimpin dalam sebuah kepemimpinan. Idealisme dalam kepimimpinan merupakan hal penting yang harus ada dalam seorang pemimpin. Seorang pemimpin haruslah memiliki karisma, memiliki sikap tegas namun penyayang, bertindak tegas serta mengayomi warganya, dan juga bisa mengambil keputusan yang imbang serta tidak merugikan pihak-pihak tertentu. Idealisme seorang pemimpin dapat diukur dari bagaimana ia berbicara, bersikap, bersosialisai, serta dari aspek-aspek yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari seperti gaya berpakaian, keteraturan dalam beribadah, kedekatan terhadap warganya, dan lain-lain. Meskipun Negara ini memiliki aturan sendiri yang telah disepakati, namun kita juga harus memperhatikan kriteria-kriteria seperti apa yang pantas buat bangsa ini. Jawaban yang sederhana yang bisa disimpulkan adalah bahwa kita haruslah memilih seorang pemimpin yang sesuai dengan aturan-aturan Allah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.


Berbicara tentang idealisme kepemimpinan dalam Islam, Rasulullah juga merupakan contoh yang sangat tepat. Jiwa patriotisme serta sikap patriot sangatlah dibutuhkan ketika menjadi pemimpin yang Ideal, terlebih menurut Islam yang telah dicontohkan oleh beliau. Dikatakan bahwa pada suatu masa, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya bersama sekelompok kecil dari sahabat, sebanyak sembilan orang. Beliau melihat perjuangan mereka dalam menghalau orang-orang musyrik, karena kavaleri Khalid telah memporak-porandakan mereka. Kini di depan beliau hanya ada dua jalan, entah segera lari menyelamatkan diri bersama para sahabatnya yang hanya sembilan orang itu ke suatu tempat yang lebih aman, lalu membiarkan pasukannya yang lain terkepung entah bagaimana jadinya nanti, ataukah dia mengumpulkan kembali semua anggota pasukannya yang cerai berai agar kembali ke tempat beliau, lalu menggunakan mereka sebagai tameng untuk menyibak pasukan musuh hingga mencapai puncak Uhud? Di sini tampak kecerdikan Rasulullah saw., dan keberanian beliau dalam membaca keadaan. Dengan suara nyaring beliau berseru, “Wahai hamba-hamba Allah…!” Beliau sadar sepenuhnya bahwa orang-orang musyrik akan mendengar ucapan beliau ini sebelum orang-orang Muslim yang cerai berai di tempat lain bisa mendengarkannya, sehingga mereka bisa mengetahui posisi beliau. Beliau berseru seperti itu kepada mereka dengan diri dalam kondisi yang sangat kritis itu (Sirah Nabawiyah, Ali Al-Harakan, hal 2mempertaruhkan 97).


Seorang pemimpin haruslah sigap dalam menanggapi berbagai macam permasalahan. Bagaimana seorang Umar bin Khatab menjadi garda terdepan ketika kaum kafir menghina dan ingin memusuhi Nabi Muhammad saw. Bagaimana seorang singa Allah, Hamzah bin Abdul-Muththallib syahid ketika memimpin sebuah pertempuran. Dan bagaimana seorang Hanzhalah bin Abu Amir yang harus rela meninggalkan malam pertama bersama istrinya, demi seruan untuk berperang melawan kaum musyrikin. Begitulah roda kepemimpinan dan pasukan Muslimin yang kecil justru menguasai keadaan, sehingga sempat menyurutkan ambisi para dedengkot musyrikin, dan membuat barisan mereka berlari menghindar ke kanan, ke kiri, ke depan, dan ke belakang. Seakan-akan tiga ribu prajurit musyrikin harus berhadapan dengan tiga puluh ribu prajurit Muslim. Keberanian pasukan Muslim atas kepemimpinan yang handal terlihat jelas.  


Sejauh mata memandang, maka kita akan menemukan banyak pemimpin yang berbakat yang bakal memipmin dan membawa muara negeri ini. Namun, dari semua itu, kita harus memilih mana yang sesuai dengan kriteria Islam serta memiliki idealisme yang tinggi. Kita harus benar-benar paham akan kriteria-kriteria sebelum memilih seorang pemimpin dan kita juga harus memnuhi kriteria yang ada ketika kita ditunjuk untuk menjadi seorang “leader” atau pemimpin. Bukan hanya cerdas dan pintar yang kita pilih, tapi juga amanah, jujur, dan bersikap apa adanya serta berlaku adil, yang sering dicontohkan oleh Rasul kita. Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits. Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Kita sebagai masyarakat harus benar-benar selektif dalam memilih seorang pemimpin, terlebih lagi di era globalisasi ini, yang mana banyak budaya asing yang masuk dan tak tersaring. Bukan hanya pemimpin yang akan mempertanggungjawabkan pilihan kita atas seorang pemimpin yang bakal terpilih nanti, tapi juga masyarakat itu sendiri akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian".



Seorang pemimpin haruslah memiliki niat yang lurus serta selalu beriman dan beramal shaleh. Karena sejatinya, seluruh perbuatan itu tergantung dari pada niat. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa, “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” Selain itu, seorang pemimpin itu diutamakan haruslah dari kaum Adam. Selain berniat karena Allah, seroang pemimpin haruslah yang memiliki kekuatan yang lebih serta memiliki karakter yang kuat, maka dari itu seorang pia atau laki-laki sangat disarankan untuk menjadi pemimpin ketimbang wanita. Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara.“ dalam sebuah hadist juga dikatakan bahwa: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).


Seorang pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang mengemis atau meminta-minta jabatan, tapi ia yang benar-benar dipilih oleh rakyat karena kapasitas ia dalam memimpin. Karena seorang pemimpin haruslah benar-benar pro terhadap rakyat dan membela kepentingan rakyat. Seorang  pemimpin juga harus bisa mengajak rakyatnya ke arah yang lebih baik dan membawa bangsa yang ia pimpin menjadi bangsa yang madani. Rasulullah pernah bersabda,

”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).” Untuk itu, seorang ketua atau yang memimpin sangat ditekankan untuk bisa berlaku adil dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada. Untuk itu ia harus berani untuk tidak menerima suap atau gratifikasi dari manapun,demi terciptanya hokum yang berlaku adil serta tidak memihak dan menyudutkan rakyat kecil. Ketegasan seorang pemimpin akan menjadi sebuah senjata untuk mengajak rakyatnya untuk tetap bersikap kritis dan terbuka dalam menyampaikan kejanggalan yang ada, namun tetaplah bersikap lemah lembut terhadap rakyat itu sendiri. Intinya, Al-Qur’an dan sunnah merupakan pedoman yang sangat tepat untuk memilih pemimpin sesuai kriteria yang ada dalam agama Islam.

Dapatkan artikel terbaru via Facebook, Twitter dan Google+ :

Bagikan artikel ini ke:
Facebook Twitter Google+ Linkedin Digg

0 Response to "PEMIMPIN Masa Depan"

Posting Komentar

blogroll