Uang memang bukan segala-galanya, tapi kita sangat membutuhkan yang namanya
uang. Banyak orang berkata kekayaan akan membuat kita bahagia. Namun pada
kenyataannya, terkadang kita melihat banyak perkara dan musibah yang terjadi
ketika seseorang memiliki kekayaan yang melimpah. Misalnya perampokan,
pembobolan di atm di dunia nyata maupun di dunia “cyber.” Tidak jarang kita
lihat sebuah keluarga yang hidup harmonis walaupun finansialnya berada di
ambang batas sekali pun. Sering kali uang lima puluh ribu rupiah menjadi
andalan setiap minggunya. Intinya, mereka hanya hidup dengan seratus lima puluh
ribu atau dua ratus ribu per bulan. Jika kita telaah, kalau sehari kita
mendapatkan uang lima puluh ribu, maka banyak sekali hal yang bisa kita perbuat
di dalam satu hari.
Uang 50 ribu itu, dahulunya ketika saya masih kelas 1 smp, merupakan uang
yang jumlahnya lumayan besar. Bisa jajan banyak, mengtraktir kawan, beli ini
beli itu di kantin terdekat, main game on-line sepuasnya selam beberapa hari,
dan lain-lain. Tapi sekarang, uang dengan jumlah tersebut bisa jadi merupakan
kebutuhan kita selama satu atau dua hari saja. Apalagi mahasiswa seperti saya
yang tinggal di kos dan jauh dari orang tua. Otomatis saya harus mencari
penghasilan sampingan untuk mencukupi kebutuhan saya sebagai orang rantau. Selain
itu, tingkat konsumtif masyarakat kita yang semakin lama semakin meningkat
tajam. Di mana-mana ada tempat makan, ada mall, ada pasar, ada tempat jajanan,
internetan tersebar luas di setiap sudut, bahkan klub-klub malam pun sudah
banyak bertebaran.
Kalau dapat uang lima puluh ribu rupiah, maka hal yang terpikir oleh saya
adalah bagaimana uang tersebut bisa diputar dan tidak habis begitu saja. Bukan berarti
saya tidak ingin menikmati uang tersebut, tetapi lebih kepada memanfaatkannya
secara maksimal. Banyak hal yang bisa
dilakukan. Misalnya membeli mainan kunci yang unik senilai 40 ribu rupiah. Dengan
sisa sepuluh ribu untuk membeli bensin, bersama Yamaha Fino FI yang lumaya irit, saya akan
mendistribusikannya kepada teman-teman kampus yang rumahnya dekat dengan
mendatanginya langsung serta menjualnya dengan harga pasaran. Setelah itu, saya
akan dapatkan kembali uang lima puluh ribu tersebut beserta keuntungannya.
http://www.youtube.com/watch?v=XdI1CHTM4Mw
Hal kedua yang akan saya lakukan adalah bagaimana caranya bisa jalan-jalan gratis. Denga modal lima puluh ribu dan berkendara Yamaha Fino FI yang irit dan memiiliki “body” sporty, minimalis, dan juga klasik, saya akan menawarkan kepada teman-teman saya jasa pengantaran atau banyak orang bilang, tukan ojek. Hehehe, mungkin ini cukup aneh dan “gila”, namun sekali lagi, saya akan berpikir terus bagaimana caranya uang itu bisa diputar dan menghasilkan lebih banyak lagi. Keuntungan lain yang akan saya dapatkan di samping menjadi “tukang ojek” adalah makan gratis. Sambil jalan-jalan menyusuri kota bertuah Pekanbaru (kota di mana saya ngampus), so pasti penumpang akan merasakan lapar atau mungkin belum sarapan atau ingin mencoba kuliner yang tampak di sekitar. Itu karena saya akan selalu menawarkan hal tersebut kedapa costumer saya dengan bahasa yang sepersuasif dan sesopan mungkin. (anggap saja gua jadi tour guide..). Dan akhirnya, saya bisa makan gratis deh. Hehehe (gak mungkin kan dia bakal makan sendriri, ntar apa kata orang).
Selain itu, apa lagi ya? Saya orangnya suka menolong dan peduli ama orang. Ini
bukan pencitraan atau memuji diri sendiri lo. Tapi memang kenyataan. Bahkan saya
lebih suka capek-capek nolong orang yang butuh bantuan saya ketimbang saya
memntingkan diri sendiri, terlebih di kampus dan organisasi yang sedang saya
jalani. Dengan uang lima puluh ribu bersama keuntungan yang sudah saya
dapatkan, saya akan membelikan buku dan alat tulis seadanya untuk sekolah
anak-anak miskin dan terlantar di mana tempat saya mengajar selama beberapa
hari dahulunya. Walaupun yang saya ajarkan itu Cuma di cabang seni suara, tapi
saya merasakan aura mereka yang begitu antusias dan membara, serta panggilan
hati yang membisikkan bahwa mereka masih sangat butuh bantuan kita.
Sekolah Cerdas, itulah nama institusi pendidikan yang sangat sederhana itu.
Berbekal sisa uang untuk membli bensin, dengan Yamaha Fino FI yang irit dan
selaras dengan jumlah minyak dengan jarak tempuh perjalanan, saya melaju di
sore hari. Biasanya sore-sore, para murid sibuk mengaji dan belajar Al-Qur’an. Sesampai
di Sekolah Cerdas, yang berada di Jalan Cipta Karya, di sebuah rumah kontrakan
yang tidak terlalu besar, biasanya saya disambut oleh teman-teman saya yang
masih menajar di sana serta guru-guru yang lebih dewasa dari pada saya serta
kepala sekolah yang baik hati dan selalu peduli terhadap anak-anak didikannya. Terakhir
saya akan berfoto-foto ria, yang merupakan agenda tidak terlupakan ketika saya
berkujung ke sana. Karena memang murid-murid di sana cukup narsis juga.
(mungkin karena mereka jarang berfoto kali ya). Sebelum pulang, saya membagikan
buku dan alat tulisnya kepada murid-murid yang tidak banyak jumlahnya itu,
hanya sekitar 3o orang saja.
Begitulah saya yang berorientasi kepada hemat dana, dan suka mencari uang
dengan kerja apa pun, yang penting halal. Apalagi dengan modal lima puluh ribu,
banyak sekali hal yang bisa dikerjakan. Ditambah lagi jika kita peduli terhadap
lingkungan sekitar, maka Tuhan akan menambah rezeki kita dengan cara yang tidak
di sangka – sangka. Tidak ada kata tidak mungkin untuk selalu menghasilkan
dengan modal yang kecil, asa kita mau berusaha dan terus berusaha, serta jangan
lupa berdo’a. (Koq malah jadi member nasehat tentang bisnis ya? Ah, entahlah). Berbisnislah
denga cara yang benar, maka kita akan mendapatkan banyak keuntungna dan
pelajaran yang berharga. Jangan lupa terhadap orang-orang di sekitar kita dan
pedulilah terhadap mereka.
Follow @dhani_suheri
Cerita menarik! Jika berkenan baca cerita saya http://nelvianti.blogspot.com :)
BalasHapusmakasih..udah baca koq..menarik
BalasHapus