Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia, tepatnya di
Asia Tenggara. Tentunya, Indonesia adalah negara tercinta bagi kita semua.
Selain merupakan negara kepulauan, Indonesia adalah negara dengan keberagaman
suku terbesar di dunia dan dilengkapi dengan penggunaan bahasa yang tiap suku
memiliki ciri khas masing-masing. Ada suku Dayak, Jawa, Toraja, Batak, Bugis,
Aceh, Betawi, Manado, dan lain-lain hidup dan tumbuh bersama menjalin sebuah
persaudaraan walau terbentang jarak antar
pulau yang saling memisahkan, namun mereka tetap Indonesia. Suatu
kebanggaan bagi kita sebagai bangsa Indonesia. Tak lepas dari keberagaman
bahasa tersebut, tentu hanya bahasa Indonesia sajalah sebagai bahasa pemersatu kita
semua. Ya, Itulah bahasa kebanggaan kita, bahasa Indonesia.
Bahasa dan
sastra adalah satu kesatuan yang tidak akan terlepas tetap saling mengisi.
Karakter sebuah bangsa bisa ditentukan melalui bahasa dan sastra sebagai media
seninya. Namun, Kondisi masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini, dengan
berbagai masalah nasional yang timbul akibat melemahnya karakter bangsa, telah
mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif pada tahun 2010 untuk
mengarustamakan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan tersebut harus
senantiasa diiringi dengan penguatan rasa kebangsaan. Dengan semangat
kebangsaan yang kuat, cerminan karakter Indonesia akan muncul dalam segala
aktivitas yang ditujukan bagi peningkatan kualitas bangsa. Jalur pendidikan
mengambil peran penting dalam upaya pencapaian tujuan ini. Sebagai alat
ekspresi diri pribadi, alat ekspresi diri makhluk sosial, alat ekspresi diri
warga negara, dan alat ekspresi diri profesional, bahasa menjadi kebutuhan
dasar dalam dunia pendidikan. Bahasa memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter seseorang. Jika perspektif peran bahasa dipadukan dalam proses
pendidikan guru, bahasa berperan sebagai alat pengembangan kompetensi pendidik.
Melalui pembelajaran bahasa yang integratif dengan didasari pemahaman historis filosofis
tentang Indonesia yang berlandaskan kearifan lokal, semangat nasional, dan
wawasan global, semangat kebangsaan dapat tumbuh untuk memperkuat karakter
Indonesia.
Pengaruh globalisali berusaha menawarkan liberalisasi
dibidang; agama, budaya, ekonomi, konstitusi, kesehatan, pendidikan bahkan
bahasa jika hal ini dibiarkan dapat menggerus jati diri bangsa Indonesia dan
dapat melunturkan sikap nasionalisme anak bangsa. Hanya bangsa kreatif yang
akan mampu bertahan, dalam arti menemukan jati dirinya. Jati diri bangsa kita
adalah Pancasila, yang meliputi beberapa hal yaitu; kepedulian, pengertian,
serta nilai-nilai berdasarkan nilai-nilai inti dari Pancasila. Oleh karena itu,
optimalisasi bahasa dan sastra di Indonesia harus terus diupayakan semaksimal
mungkin, untuk dapat mengembangkan seluruh aspek pendidikan sepert; kognitif,
afektif, dan psikomotorik dan adanya perilaku moral yang dapat dimengerti oleh
peserta didik. Pendekatan komprehensip dengan menerapkan semua aspek pendidikan
pengembangan karakter bangsa.
Berbicara tentang
bahasa, adalah salah satu kata yang terdengar tidak asing di telinga kita.
Terlebih lagi kita sering menggunakannya sebagai salah satu-satunya alat
ekpresi diri dan komunikasi. Dan tentu saja, dalam kehidupan sehari-hari, kita
tidak akan pernah luput dari yang namanya bahasa. Ia selalu dibutuhkan oleh
manusia dalam pembentukan masyarakat. Tanpa bahasa, masyarakat tidak akan
terwujud. Karena ia merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Dan bahasa juga merupakan bagian kebudayaan yang sangat penting,
bahkan bisa dikatakan sebagai pondasi dasar dari kebudayaan. Ia akan membuka
berbagai pintu dan jendela dunia, sehingga akan tampak beragam corak dan budi
pekerti suatu bangsa.
Bahasa terdiri atas
kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan
abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili
Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau
menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi
sebuah kamus atau leksikon. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata
yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitusaja, melainkan
mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan,
kita harus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan
aturan bahasa. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang
kita gunakan sebagai pedoman berbahasa
inilah yang disebut tata bahasa.
Sementara sastra yang
berasal dari bahasa Sansekerta (Shastra) merupakan kata serapan yang berarti
“teks yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang
berarti “intruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”.
Dalam bahasa indonesia, kata ini bisa digunakan untuk merujk kepada
“keusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Selain itu, dalam dunia kesusastraan, sastra terbagai menjadi dua.
Yaitu tulisan dan lisan. Tulisan bisa dikatakan sebagai karya yang lahir dari
tangan-tangan penulis dan menciptakan warna tersendiri untuk menambah khasanah
sastra, sementara lisan merupakan wadah atau alat untuk mengungkapkan isi dari
sastra yang telah diciptakan tadi.
Menurut Mursal Esten
(1978:9), Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan). Sementara Plato mengungkapkan bahwa sastra sebagai karya tulisan
yang halus merupakan karya yang mencatat bentuk bahasa dengan berbagai cara,
yaitu dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan, dan diterbalikkan
serta dijadikan ganjil. Dari kedua teori dari para ahli tadi dapat kita rasakan
bahwa sastra sejatinya tidak terikat atura. Ia mengalir bagaikan air yang deras
di sungai. Mengungkapkan kata-kata yang indah dengan imajinasi yang kreatif,
sehingga menghasilkan mahakarya yang bisa dinikmati oleh banyak orang.
Bahasa dan sastra
merupakan ilmu dan seni. Dikatakan sebagai ilmu, karena bisa dipelajari.
Selanjutnya, disebut sebagai seni, karena dapat digunakan dengan memperhatikan
berbagai faktor keindahan yang dapat mewarnai bentuk bahasa yang digunakan.
Selain sebagai ilmu dan seni, bahasa dan sastra merupakan alat utama, media
pengungkap rasa, ide, pikiran, dan gagasan. Karenanya, keduanya merupakan
cermin jiwa penggunanya. Sebagai media pengungkap rasa, pikiran, dan gagasan,
bahasa berperan penting di dalam mengolah jiwa. Sekalipun ruhani seseorang
sedang gundah gulana, tetapi jika kegundahan itu dilahirkan dengan kesejukan
berbahasa, maka yang keluar, yang muncul di permukaan adalah karakter
kedamaian. Sebaliknya pula, meski jiwa seseorang dalam keadaan tenang, tetapi
apabila diekspresikan mengundang konflik, maka yang lahir di permukaan pun
adalah kekacauan. Dengan demikian, betapa besar bahasa dan sastra itu
berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Membentuk karakter adalah
membentuk jati diri.
Menilik histori pada zaman penjajahan dahulu, kita pasti
menyadari bahwa banyak yang sudah diambil oleh para penjajah kita. Salah
satunya adalah kekayaan ilmu tentang bahasa dan sastra Indonesia. Bahkan
diketahui bahwa bahasa indonesia merupakan salah satu bahasa yang paling banyak
digunakan. Percaya atau tidak Bahasa Indonesia sudah digunakan di 45 negara di
dunia. Dan akibat hal tersebut bahasa Indonesia menempati peringkat ke 10 dalam
hal bahasa yang paling banyak di pelajari di berbagai negara yang ada di dunia
ini. (viva.co.id). Bahasa indonesia pun menjadi bahasa populer di beberapa
negara, seperti Australia, Jepang, Vietnam, dan bahkan Bahasa Indonesia
diyakini sangat berpeluang menjadi bahasa resmi ASEAN (republika.co.id)
Berbeda dengan negara
kita sendiri, “tuan rumah” dari Bahasa Indonesia. Kita tahu bahwa bangsa Indonesia
terbentuk dari beraneka ragam suku, budaya, agama, dan bahasa. Bangsa Indonesia
merupakan cermin kemajemukan yang ditunjang dengan berbagai simbol pemersatu
bangsa. Salah satu pemersatu itu adalah bahasa Indonesia. Namun, masalah yang
dihadapi bangsa ini adalah kondisi kebahasaan di Indonesia yang cukup
memprihatinkan, terutama penggunaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
Indonesia di tempat umum, seperti nama bangunan, nama kompleks perumahan, nama
pusat perbelanjaan, serta nama hotel dan restoran, sudah mulai marak
menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Nama tempat yang seharusnya
menggunakan nama berbahasa Indonesia, tetapi menggunakan kata asing itu
menunjukkan mulai lunturnya jati diri keindonesiaan. Kondisi seperti itu harus
kita sikapi dengan arif agar kita tidak menjadi asing di negeri sendiri
Nah, untuk memcahkan masalah ini, semua elemen harus bersatu
padu, agar bahasa kita sendiri sebagai bahasa pemersatu bangsa tidak hilang
ditelan masa. Salah satunya adalah dengan Penanaman cinta bahasa kepada anak
bangsa haruslah dari sejak dini, hingga perguruan tinggi secara optimal
melalui; materi pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan siswa dalam
berbahasa dengan memanfaatkan berbagai media belajar, metode, pendekatan,
strategi pembelajaran, maupun evaluasi pembelajaran. Pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia berperan sangat penting didalam menjaga keutuhan dan rasa
persatuan Indonesia, karena bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai perekat
kebersamaan dan sebagai salah satu simbol jati diri bangsa. Hal itu sejalan
dengan semboyan “Bahasa Menunjukkan Bangsa”.
Upaya optimalisasi pembelajaran oleh guru bahasa dan
sastra Indonesia dengan menyeserasikan antara metode pembelajaran yang
diterapkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik dengan
pengajaran aktif, inovatif, kreatif, effektif, gembira dan menyenangkan serta
pemilihan materi pembelajaran yang digali dari nilai luhur bangsa akan
membentuk jati diri siswa yang kelak mampu
menghadapi kehidupan dimasa depan yang bermartabat dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Follow @dhani_suheri
0 Response to "BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI MATA DUNIA Ditulis oleh M. Dhani Suheri"
Posting Komentar