Berbicara tentang kekayaan budaya, banyak sekali
yang bisa kita banggakan. Di Indonesia sendiri, kita memiliki lebih dari 30
provinsi yang masing-masing memiliki budaya dan adat yang berbeda. Jika kita
menilik dan menganalisis, serta mensurvei, banyak dari kita, terutama para
generasi muda, yang kurang peduli akan adanya adat istiadat serta kekayaan
budaya yang kita punya. Di provinsi Riau, yang terdiri dari 12
Kabupaten,memiliki berbagai macam kekayaan budaya itu sendiri. Cagar budaya
adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda-benda yang memiliki nilai
sejarah dan bersifat tahan lama. Setiap daerah di provinsi Riau ini memiliki
benda pusaka masing-masing. Seperti pakaian adat, makanan khas, benda-benda
pusaka, ilmu bela diri, bangunan bersejarah, alat musik, dan lain-lain.
HASIL TEKAT DIPADUKAN DENGAN SPANDUK ACARA |
Bulan Pusaka, yang diadakan oleh Riau Heritage,
merupakan ajang yang tepat untuk melestarikan kekayaan pusaka yang ada di tanah
melayu tempat kita berpijak saat ini. Menurut keterangan yang didapat dari bg
Dedi Ariandi, pada acara kunjungan calon peserta PPAN 2014, termasuk saya yang
saat itu adalah peserta seleksi, ke Bulan Pusaka, 24 April lalu, salah satu
penggerak riauheritage dan organizer dari acara bulan pusaka itu sendiri
menjelaskan bahwa kegiatan tersebut berawal dari ide-ide yang didapat dari
pihak Gramedia Pekanbaru, untuk memperkenalkan kekayaan dan nilai penting
pusaka budaya di Riau kepada para pengunjung toko buku Gramedia Pekanbaru.
Kegiatan yang
dilaksanakan di lantai dua Gedung Pusat Gramedia Pekanbaru, Jl. Sudirman
Pekanbaru Riau tersebut, dimulai pada tanggal 01 April 2014. Ada pun jenis-jenis
kegiatan yang diadakan antara lain, Tari, lomba mewarnai, tebak gambar,
menggambar, puzzle, berbalas pantun, give away blog, fotografi, kegiatan
membatik dan menenun, dan lain-lain. Selain itu, pada acara tersebut, para
pengunjung difasilitasi beberapa permainan daerah, seperti congkak, puzzle
tentang tempat-tempat besejarah, dan kita juga diperbolehkan mencoba menenun,
tentunya dengan dibimbing oleh panitia.
PUZZLE, Mengenali Pusaka Kita |
Selain mendapatkan materi langsung dari bg Dedi,
kami juga diizinkan untuk belajar menenun songket secara langsung. Mulai dari
penjelasan langsung dari penenun tentang bagaimana cara pemasangan benang,
bagaimana kalau benang putus, hingga praktek langsung menenun songket dengan
menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Harga dari benang yang dipasang
terpisah itu, harganya 1 juta setiap kali pemasangan. Dan mesin yang digunakan
diimpor dari Trangganu, Malaysia. Dan sudah ada sejak satu abad yang lalu.
Adapun proses pengerjaan tenun itu sendiri hingga jadi, biasanya memakan 5-7
hari. Dan mengenai harga, cukup bervariatif, tergantung motif dan kerumitan
pembuatannya. Biasanya, harga kain songket untuk laki-laki adalah kisaran 400
ribu, dan 800 ribu untuk perempuan. Songket yang diperuntukkan dan ditenun
untuk kaum hawa cukup mahal jika dibandingkan dengan laki-laki, karena
ukurannya yang berbeda. Kalau laki-laki hanya sampai selutut, kalau perempuan
menutupi seluruhnya, dari pinggang sampai ke mata kaki. Begitulah adatnya.
MEMPERHATIKAN CARA MENENUN |
BELAJAR MENENUN |
Menurut penjelasan
dari penenun songket serta salah satu panitia yang yang bertugas di acara bulan pusaka tersebut, sebelum
adanya ATBM, terdapat sebuah alat yang namanya tenun tumpu dan berganti nama
dengan “Kik”. Alat tenun sederhana yang terbuat dari bahan kayu tersebut belum
menghasilkan hasil yang maksimal dan memakan waktu 3-5 minggu dibandingkan ATBM
yang hanya butuh 5-7 hari (satu minggu). Dengan demikian, untuk mendapatkan
sehelai kain, harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya disambung untuk
bagian atas dan bagian bawah, yang sudah barang tentu memakan waktu lama. Untuk
membuat kain tenun diperlukan bahan baku benang, baik benang sutera ataupun benang
katun berwarna yang dipadukan dengan benang emas sebagai oranament (moti) atau
hiasan. Dikarenankan benang sutera susah didapat, maka lama kelamaan orang
hanya menggunkan benag katun.
PHOTO PESERTA PPAN BERSAMA DENGAN SALAH SATU PANITIA |
Selain
tenun Siak yang saat ini telah dikenal dengan tenun songket Riau, dikenal pula
kain tenun songket Indragiri yang telah ada sejak puluha tahun yang lalu di
Kerajaan Indragiri. Asal mula kain tenun Indragiri dibawa oleh orang-orang
perehu atau disebut dengan orang dagang yang menetap di Indragiri yang
berpusat di Kota Rengat. Masyarakat pendatang ini oleh kerajaan Indragiri
melalui Tenun Muda Indragiri, diberi suatu daerah untuk bermukiman sampai saat
ini. Daerah tersebut dikenal dengan nama Kampung Dagang. Dari tempat inilah
awal mula berkembangnya tenun Indragiri, dengan bahan baku berasal dari benang
sutera.
Kegiatan sejenis yang hasilnya selalu kita
pergunakan dalam acara-acara sakral maupun acara-acara umum seperti pesta
pernikahan, penampilan tarian, maupun acara kenegaraan adalah menekat, yang merupakan
sebuah tradisi masyarakat Melayu berbentuk kerajinan tangan yang memadukan unsur tekstil dan
pernak-pernik hiasan benang emas dan perada emas. Dengan kata lain, menekat merupakan
sebuah kerajinan berupa sulaman tangan yang melekatkan benang emas pada bidang
kertas /kain yang telah di pola/di motif dengan cara di jahitkan melalui media
pemidangan. Dalam perkembangan corak nya, pengertian "TEKAT"
bukan lagi terbatas pada melekatkan benang emas pada bidang kertas
berpola, tetapi teknik penyulaman berkembang pada ragam bahan yang
ditekatkan. Pada dasar nya, kapan pasti nya kerajinan tekat ini mulai
berkembang di melayu riau sulit untuk di pastikan, tetapi peradapan
seni telah mulai di kenal pada abad ke - 7, dan semankin pesat berkembang pada
abad ke 15, namun terbatas hanya di peruntukan pada ketrampilan putri putri di
lingkungan istana kerajaan saja.
HASIL DARI MENEKAT, KEREN YA |
Dalam pembuatan
tekat, sangat perlu adanya pola untuk menciptakan suatu motif yang bagus, pola
- pola ini di buat pada sebidang kertas/karton yang telah di sesuaikan
ukuran nya, pola di buat mengguanakan pensil/ball point, namun bentuk pola di
persilakan menurut keinginan penekat. Biasanya pola motif banyak di ilhami dari
corak flora (tumbuh-tumbuhan). Adapun
hasil dari menekat itu sendiri sebagian besar berfungsi sebagai hiasan berbagai
tempat seperti hiasan pesta pernikahan, baju adat riau, baju pesta pernikahan
ala riau, kotak sirih, kotak tisu, bantal, kipas, tudung saji, susur, hiasan
tabir gulung, dan lain-lain. Menekat itu sendiri sangat membutuhkan kesabaran
yang tinggi bagi pembuatnya karena dilakukan dengan keterampilan dan ketelitian
yang tingi.
Dari
sekian banyak budaya dan pusaka yang ada di Riau, Riau Heritage yang bekerja
sama denga pihak Gramdia telah mampu merangkum sebagaian besar budaya yang ada
di Riau ini. Mulai dari Tarain, Tenun, Tekat, hingga hal-hal yang berbau seni
suara seperti adanya lomba berbalas pantun, syair, dan masih banyak lagi. Saya dan
umumnya kita sebagai masyarakat melayu Riau harus bangga dan sudah sepantasnya
mendukung acara ini dalam rangka melestarikan pusaka-pusaka yang ada di Riau
dan menjadikannya kebanggaan dengan menyebarluaskan dan mengajarkannya kepada
para generasi muda.
Referensi
ARTIKEL INI DIIKUTSERTAKAN DALAM KONTES BLOG: Bulan Pusaka Pekanbaru 2014
My Profile:
Nama: M. Dhani Suheri
Kuliah di : Universitas Riau-FKIP B.Inggris
Hobi: Menulis, Mengikuti Lomba, Upgrading, Olahraga, Seni Musik dan Suara, Browsing, Blogging,
Follow me @dhani_suheri
add me Dhani Suheri (dhanitpman@rocketmail.com)
my email: lit3.dhasu@gmail.com
my number: 0853 7551 72222
Blog
Follow @dhani_suheri
0 Response to "RIAU HERITAGE: Bulan Pusaka, Satu Langkah Untuk Melestarikan dan Mempromosikan Budaya Melayu Riau"
Posting Komentar