Ada benarnya juga,, Malu bertanya,, ya mau tak mau harus jalan terus.
Sebenarnya, malu bertanya sesat di jalan. Namun, di era yang serba bebas berpendapat ini, muncullah istilah baru. Malu bertanya, jalan terus. Ya...ini adalah suatu hal yang hampir setiap orang mengalaminya.. Sedihnya,,, kebiasaan ini sudah tumbuh semenjak kita berada di bangku SD. Dan parahnya, menjalar hingga ke bangku perkuliahan. Saat kita sudah beranjak dewasa dan mungkin sudah menemukan jati diri masing-masing.
Apa yang salah dalam dunia pendidikan kita?
apakah sistem?
Kurikulum?
Penerapan?
Assessment?
Yap...itu tergantung perspektif dan memiliki kadar tersendiri.
Berdasarkan ilmu yang saya dapat di bangku perkuliahan, di program studi bahasa inggris, FKIP, Universitas Riau, ada beberapa hal yang membuat "budaya" malu bertanya ini menjalar hingga ke akar-akarnya (kayak pohon aja!!!). Maksud saya, hingga mahasiswa pun masih malu-malu bertanya ketika berada di kelas.
- Tidak diberi kebebasan. Tanpa kita sadar, semenjak duduk di sekolah dasar, kita jarang sekali diberi kebebasan dan kesempatan untuk bertanya atau pun berpendapat. Ada pun kesempatan, mungkin kita takut salah dan lain sebagainya. Mengapa? karena kalau salah pasti dimarahi oleh guru. Atau bisa jadi malu-malu dikarenakan tidak adanya stimulus dari guru itu sendiri. Sehingga menjadi kebiasaan dan budaya hingga ke mahasiswa. Perhatikan percakapan singkat berikut.
- Guru: Ada yang bertanya anak-anak?
- Murid: (Diam seribu bahasa)
- Guru: Tidak ada?
- Murid: Saya buk. (akhirnya ada satu orang-paling belakang)
- Guru: ya?
- Murid: Bu', apa yang dimaksud dengan paragraf (Pelajaran bahasa indonesia)
- Guru: Apa? Bukannya kemaren sudah saya terangkan. Kamu tidak memperhatikan ya kemaren? Dasar kamu ini.
- Murid: (Tertunduk bisu)
- ""Percakapan di atas merupakan salah satu contoh yang pernah saya alami sendiri, bahkan sampai di bangku SMA.
- Takut salah. Ya, ini dulunya adalah momok bagi sebagian murid SD bahkan SMP dan SMA. Poin kedua ini muncul akibat dari poin pertama tadi. Ya, ketika sudah tidak diberi kebebasan alias tidak bebas berpendapat dan bertanya ala kadarnya serta harus benar, maka perasaan takut salah akan selalu membayangi. Coba perhatikan percakapan singkat berikut ini!!!
- Adi: Nisa, coba tanya, mengapa matahari itu terbit di sebelah timur, dan tenggelam di barat?
- Nisa: Eh, kan kamu yang punya soal,,, ngapain aku yang nanya?
- Adi: Eh, cepatlah, aku malu (saling injak kaki)
- Nisa: Males ah,, takut disalahin.
- Adi: (saling colek dan injak kaki)
- Nisa: (mencibir)
Tunggu PART berikutnya.
Follow @dhani_suheri
0 Response to "MALU BERTANYA, JALAN TERUS (Catatan Kuliah-PART 1)"
Posting Komentar