Favorit Saya

Get Connection

TAHUN BARU HIJRIAH; CERMIN PEMBAHARUAN DIRI

 Seiring waktu berjalan, tidak terasa langkah kita sudah semakin jauh. Hidup ini ibarat sebuah air. Ia akan terus mengalir menelusuri debit dan sungai tanpa henti. Namun terkadang ia akan melewati hambatan-hambatan, dan tidak jarang ia berhenti dan membusuk di tempat yang sama. Apakah itu karena sampah, kotoran yang menutup aliran sungai, dan lain sebagainya. Begitu juga halnya dengan kita sebagai manusia. Hamba Allah yang diberi kesempuranan akal untuk berpikir. Bercita-cita tinggi dan berpikir kritis terhadap segala situasi yang ada. Bak air yang mengalir, terkadang kita juga akan menemui hambatan, dan tidak jarang pula kita terjerumus dan terjermbap. Namun, dibalik kesulitan, tentu ada kemudahan. Akan tetapi kita harus ingat, ketika jalan kita selalu mujur, bersiap-siaplah. Siapa tahu ada hambatan di depan. Dan ketika kita menghadapi masa-masa sulit, maka bersabarlah. Karena di kemudian masa pasti ada jalan keluar dan berbagai variasi kemudahan. dan itu semua tergantung kepada seberapa besar iman dan taqwa kita kepada Sang Khaliq, yaitu Allah swt.

Bulan hijriah adalah tolak ukur dari kehidupan manusia. Sejauh manusia itu melangkah, ketika tidak ada perubahan yang lebih baik, maka dia termasuk orang-orang yang celaka. Ketika kita tidak mau berubah ke hal-hal yang lebih baik, maka kita tidak akan mendapatkan hikmah dan pelajaran dari tahun baru hijriah. Tahun baru hijriah yang dimulai pada 1 muharram ini dan tahun-tahun berikutnya tentu mengandung banyak hikmah dan sejarah. Seorang muslim yang sadar akan fadilah dan hikmah yang terkandung di dalamnya tentu akan berlomba-lomba untuk mempersiapkan segalanya ketika akan memasuki. Jika kita kembali pada sejarahnya, tahun baru hijriah memiliki arti berpindah/berubah. Dalam artian minazzulumati ilannur. Berubah dari yang kurang baik menjadi baik, dan dari baik menjadi lebih baik.

Selain itu, tahun baru hijriah merupakan cermin umat muslim di seluruh dunia. Pernahkah kita berpikir mengapa di dunia ini, kita lebih familiar dengan tahun masehi dari pada tahun hijriah. Ketika peringatan tahun baru, kita lebih cenderung merayakan tahun beru masehi dibandingkan dengan tahun baru hijriah. Bahkan umat islam sendiri kurang mempedulikan tahun baru hijriah, terlebih di Indonesia. Padahal hampir 80% dari jumlah penduduk di Indonesia adalah penganut agama islam.

Namun sering kali kita menemukan kejanggalan di tengah-tengah hiruk pikuk perayaan tahun baru hijriah, sebuah “mindset” yang salah. Masyarakat awam pada umumnya melaksanakan sebuah perayaan yang sebenarnya tidak terdapat tuntunannya dalam ajaran islam. Seperti pesta kembang api, berpesta ria yang tiada manfaat dan penuh kemubaziran, dan lain sebagainya. Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan ajaran Nabi dan para sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam menyambut tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka dalam hal ini.

Seperti yang kita ketahui bahwasanya Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, yang sebelumnya bernama “Yastrib”. Sebenarnya  kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12 Rabiul awal. Adapun pemahaman bulan Muharram sebagai bulan Hijrah Nabi, karena bulan Muharram adalah bulan yang pertama dalam kalender Qamariyah yang oleh Umar bin Khattab, yang ketika itu beliau sebagai khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dijadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriah.

Dalam bahasa Arab, hijrah bisa diartikan sebagai pindah atau migrasi. Tafsiran hijrah disini diartikan sebagai awal perhitungan kalender Hijriyah, sehingga setiap tanggal 1 Muharam ditetapkan sebagi hari besar Islam. Memang, sejak hijrahnya Rasulullah ke Yatsrib, sebuah kota subur, terletak 400 kilometer dari Makkah, Islam lebih memfokuskan pada pembentukan masyarakat muslim yang tidak kampungan dibawah pimpinan Rasulullah.Jadi inti dari peringatan tahun baru Hijriah adalah pada soal perubahan, maka ada baiknya momen pergantian tahun ini kita jadikan sebagai saat saat untuk merubah menjadi lebih baik. Itulah fungsi peringatan tahun baru Islam. 

Memang kita bisa merasakan bedanya peristiwa penyambutan tahun baru Masehi dan tahun baru Islam (Hijriah). Tahun baru Islam disambut biasa-biasa saja, jauh dari suasana meriah, tidak seperti tahun baru Masehi yang disambut meriah termasuk oleh masyarakat muslim sendiri. Sebagai titik awal perkembangan Islam, seharusnya umat Islam menyambut tahun baru Islam ini dengan semarak, penuh  kesadaran sambil introspeksi, merenungkan apa yang telah dilakukan dalam kurun waktu setahun yang telah berlalu.

Bagi kita umat Islam di Indonesia, sudah tidak relevan lagi berhijrah berbondong-bondong seperti jijrahnya Rasul, mengingat kita sudah bertempat tinggal di negeri yang aman, di negeri yang dijamin kebebasannya untuk beragama, namun kita wajib untuk hijrah dalam makna “hijratun nafsiah” dan “hijratul amaliyah” yaitu perpindahan secara spiritual dan intelektual, perpindahan dari kekufuran kepada keimanan, dengan meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah, perpindahan dari kebodohan kepada peningkatan ilmu, dengan mendatangi majelis-majelis ta’lim, perpindahan dari kemiskinan kepada kecukupan secara ekonomi, dengan kerja keras dan tawakal. Memakai jilbab dan tutup aurat salah satu hijrah Spiritual dan amaliah

Pendek kata niat yang kuat untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan umat sehingga terwujud “rahmatal lil alamin” adalah tugas suci bagi umat Islam, baik secara indifidual maupun secara kelompok. Tegaknya Islam dibumi nusantara ini sangat tergantung kepada ada tidaknya semangat hijrah tersebut  dari umat Islam itu sendiri.
             
            Semoga di tahun baru 1433 Hijriyah ini, nilai-nilai luhur dari suri tauladan serta semangat hijrah Rasulullah SAW, tetap mengilhami jiwa kita menuju kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang, sehingga predikat yang buruk yang selama ini dialamatkan kepada umat Islam akan hilang dengan sendirinya, dan pada gilirannya kita diakui sebagai  umat yang terbaik, baik agamanya, baik kepribadiannya, baik moralnya, tinggi intelektualnya dan terpuji.


Sumber : 
1. Memen. 2009. Rahasia Bulan: Hakikat Dalam Kalender Hijria, (Online : http://memen.wordpress.com, diakses pada 07 Desembar 2011 )
2. http://agama.kompasiana.com





 Created by 
 M. Dhani Suheri
 English Study Program
 Language And Art Major
 Teachers And Training Faculty
 Class IA






Add caption





Dapatkan artikel terbaru via Facebook, Twitter dan Google+ :

Bagikan artikel ini ke:
Facebook Twitter Google+ Linkedin Digg

0 Response to "TAHUN BARU HIJRIAH; CERMIN PEMBAHARUAN DIRI"

Posting Komentar

blogroll